Santri Dan Kemerdekaan

 

Oleh Nur Ikhsan*

Santri indonesia adalah salah satu kelompok masyarakat yang berperan penting mengupayakan kemerdekaan republik indonesia. Kemerdekaan tidak diraih dengan pemberian semata dari pelaku kolonialisme, tapi ikhtiar sungguh-sungguh para masyaikh, habaib dan mujahiddin dan segenap komponen bangsa dalam berjuang menuju kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sebagai kelompok yang mewakili masyarakat islam, kaum santri memiliki tanggung jawab besar dan penting demi keberlanjutan proses hidup berbangsa dan bernegara. Hingga pada akhirnya, ikhtiar itu telah sampai di depan pintu kebahagian dengan didengungkan proklamasi kemerdekaan ke seluruh penjuru dunia.

Nyatalah sudah, sebuah bangsa yang bernama Indonesia lahir dan muncul di kancah global sebagai wujud entitas baru yang merdeka, berdaulat dan disegani dunia. Sebagaimana pesan Bung Karno;

“Kita bangsa besar,kita bukan bangsa tempe. Kita tidak mengemis, kita tidak akan meminta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetap merdeka, daripada makan bistik tapi budak.”

Sebagaimana kita merenungkan ayat suci alquran berikut ini;

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (QS. Al-Insyirah 5-6)

Sungguh kemenangan ini adalah akumulasi perjuang ikhtiar seluruh komponen bangsa, secara kolosal dan bersatu padu. Hingga akhirnya telah menunjukkan suatu kekuatan yang tidak dapat ditembus oleh pihak musuh manapun. Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT selamanya, atas berkat rahmat dan karunia-Nya jadilah kita bangsa yang merdeka dan berdaulat sebagaimana yang dicita-citakan para pahlawan kesuma bangsa.

Namun, perlu kita sadari, bahwa perjuangan ini belumlah usai. Dan pahlawan bangsa telah menitipkan Indonesia kepada kita semua, terkhusus santri yang notabennya sebagai insan intelektual dan agamis.

Tantangan-demi tantangan akan tetap datang dengan berbagai macan bentuk. Namun, kita para santri memiliki kekayaan yang diwariskan para masyaikh. Mari kita jaga indonesia ini dengan tetap mawas diri dan siaga. Hadartussyaikh Hasyim Asy’ari pernah berpesan :

“Sepanjang keterangan yang disampaikan oleh ahli riwayat, pada suatu ketika dipanggillah nabi Muhammad SAW oelh kakeknya Abdul Muthalib dan diberitahu bahwasanya pemerintah jahiliyah di Mekkah telah mengambil keputusan menawarkan tiga hal untuk nabi Muhammad: 1) kedudukan yang tinggi; 2) harta benda yang melimpah; dan 3) gadis yang cantik. Akan tetapi Baginda Nabi Muhammad SAW menolak ketiga-tiganya itu dan berkata di hadapan pamannya, Abu Muthalib: “Demi Allah umpama mereka itu kuasa meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku dengan maksud agar aku berhenti berjuang, aku tak akan mau. Dan aku akan berjuang terus sampai cahaya Islam merata ke mana-mana, atau aku gugur lebur menjadi korban.” Maka, kamu sekalian anakku, hendaknya dapat meneladani Baginda Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi segala persoalan.”(Chairul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan NU, 1985)

Mari Santri Indonesia, mengisi kemerdekaan ini dengan hal yang baik lagi makruf. Berpedoman pada akhlakul karimah. Karena bangsa kita saat ini memerluka pembaharuan dan tajdid baru dalam hal pengelolaan negara yang adil dan makmur.

Negeri kita saat ini sangat merindukan dan membutuhkan rasa kasih sayang di antara umara, ulama dan rakyat. saling mendoakan dan mendorong pada yang yang baik untuk kepentingan umum.

Maka sepatutnyalah santri indonesia bangkit dan maju untuk menjayakan negeri dan peradaban Indonesia. Santri  wajib ambil peran dalam menghadirkan keadilan, kemakmuran, persatuan dan kesatuan serta eksistensi NKRI sebagai wujud rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT.

Akhirnya, mari kita persiapkan diri sebaik mungkin, serta kekuatan lahir batin sebagai modal utama dalam melayani dan membidani Indonesia maju, Indonesia Emas di tahun ke 100 Indonesia Merdeka. Karena harapan satu-satunya bangsa Indonesia ada pada pundak santri dan pemudanya.

Di dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Hujjatul Islam Iman A-Ghazali mengatakan :

“Negara dan agama adalah saudara kembar. Agama merupakan dasar, sedangkan negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh, dan dasar tanpa penjaganya akan hilang.”

Insyaallah, semoga niat dan ikhtiar sungguh-sungguh dari santri Indonesia mampu mempertajam kemerdekaan ini ke arah yang bermartabat; “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”negeri yang aman sentosa disertai rahmat, keridhaan dan pengampunan dari Tuhan yang Maha Pengampun”

Sebagai penutup, mari kita renungkan pesam-pesan kemerdekaan dari para Masyaikh dan ulama berikut ini:

  1. “Tidak akan merdeka orang yang tidak mengerti arti kemerdekaan. Merdeka bukan kita bebas menuruti hawa nafsu. Akan tetapi, merdeka yang sesungguhnya adalah di saat kita terbebas dari diperbudak hawa nafsu.”(Buya Yahya, Pengasuh LPD  Al-bahjah)
  • “Bangga terhadap Indonesia bukan sombong. Tetapi rasa syukur pada Allah Swt. Hormat pada Merah putih bukan syirik, tapi rasa syukur pada Allah SWT. Untuk memiliki Bangsa Indonesia.” (Maulana Habib Luthfi bin Yahya)
  • “bangsaku merdeka, dan aku bebas melakukan kebaikan apa saja. Itu adalah alasan yang cukup untuk mensyukuri dan mencintai bangsa ini.” (Ustadzah Halimah Alaydrus)
  • “Kemerdekaan dan perjuangan bangsa indonesia tidak akan ada anak turunannya yang mampu membalas perjuangan kemerdekaan yang diperjuangkan oleh leluhurnya.” (Habib Abu Bakar Hasan Alatas Azabidi)
  • “Setiap bangsa memiliki simbol kemuliaan. Dan simbol kemuliaan kami adalah merah dan putih.” (Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri)
  • “Merdeka seutuhnya. Dengan menjadi hamba Allah sepenuhnya. Tanpa dijajah hawa nafsu, dipenjara ego sendiri, dikuasai keinginan duniawi. Semoga… (Ustadzah Halimah Alaydrus)
  • “Cintai agamamu tanpa merusak negaramu, cintai negaramu tanpa mengorbankan agamamu.” (Habib Muhammad Al-Habsyi)
  • “jangan lupakan jasa ulama atas bangsa Indonesia, diakui atau tidak bangsa Indonesia  berdiri karena jasa besar para Auliya, Ulama, Tokoh nasionalis dan Santri.” (Sayyidil Habib Abdurrahman Bilfaqih)
  • “Hakikat kemerdekaan : Merdeka dari kebodohan, kemalasan, kenifakan dan kesyirikan agar dapat hidup bersama Allah Swt. Dalam meniti kehidupan.” (Abuya Amran Waly Al-Chalidy)
  • “Membela dan menjaga keutuhan NKRI adalah fardhu ‘ain.” (Habib Abu Bakar Hasan Alatas Azabidi)
  • “Empat hal yang mengangkat manusia ke derajat tinggi meski amal dan ilmunya sedikit: kesabaran, kesederhanaan, kemurahan hati dan akhlak yang baik.”(Imam Junaid Al-Bagdadi)

Semoga tulisan sederhana ini bisa bermafaat untuk kami sebagai santri, dan santri indonesia pada umumnya. Semoga. wallahu ‘alam bishawwab.


* Penulis adalah, Guru Dayah Darul Hijrah Lamlagang, Peserta Pelatihan Menulis Ilmiah Guru dan Santri Dayah Se Kota Banda Aceh yang dilaksanakan oleh Disdik Dayah Kota Banda Aceh, 15-17 Agustus 2022