Madrasah Dan Sejarah Pendidikan Islam Indonesia (Part 3)

Adapun AG. H. Hamzah Manguluang selain mendirikan pesantren Babul Khaer di Bulukumba, beliau juga menjadi penulis produktif, di antara tulisannya yang sangat spektakuler adalah tafsir al-Qur’an 30 Juz lengkap dengan menggunakan bahasa Bugis, dan inilah salah satu tafsir berbahasa daerah terlengkap pertama kali di nusantara.

Demikian pula di Kerajaan Bone, berkat bantuan Andi Mappanyukki alias Petta Mangkau Bone, pada tahun 1929 didirikan sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah Amirah di Watampone. Pimpinannya ialah Abdul Aziz Asy-Syimie berasal dari Mesir, tahun 1935 pimpinan madrasah beralih ke tangan Ustaz Abdul Hamid al-Misyrie dan selanjutnya digantikan oleh Ustadz Mahmud al-Jawad bekas Mufti Madinah al-Munawarah yang sebelumnya pernah mengajar di Palopo. Pada perkembangan selanjutnya, tahun 1940 dibangunlah asrama para pelajar sebagai tempat tinggal dan gedung belajar yang teratur.  Para pengasuh madrasah ini adalah para Ulama dari Bone sendiri yang pernah mukim dan belajar di Makkah dan Mesir.

Selanjutnya pada tahun 1932 atas inisiatif Raja Bone Andi Mappanyukki diadakan “Pertemuan Ulama se-Celebes Selatan” di Watampone, ibukota kerajaan Bone. Musyawarah tersebut dihadiri oleh 26 Ulama terkemuka dari seluruh penjuru Sulawesi Selatan termasuk Gurutta H. M. As’ad, di antara isi pertemuan tersebut adalah membicarakan cara-cara pengelolaan pendidikan Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman bagi generasi pelanjut.

Bukti-bukti ini menunjukkan, bahwa pendidikan Islam sudah lahir sebelum keberadaan Taman Siswa yang didirikan Ki Hadjar Dewantoro. Bahkan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam tak terkait dan terpengaruh adanya Taman Siswa. Wallahu a’lam!

Sumber: Hidayatullah.com