Banda Aceh-Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Aceh, bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), laksanakan Gelar Wicara Santripreneur Batch 2 dengan tema “Potensi Santripreneur Menuju Kemandirian Ekonomi Aceh.”, di Auditorium Lantai 8, Gedung Landmark BSI Aceh, Selasa 25 Maret 2025. Kegiatan ini diikuti ratusan Peserta yang terdiri dari Pimpinan Dayah, Santri, Guru Dayah, Ormas Islam, Pejabat Disdik Dayah Aceh dan Kabupeten/Kota, Praktisi Ekonomi serta sejumlah guru besar UIN Ar-Raniry dan USK
Ketua DPW HIPSI Aceh, Muhammad Balia, SH, M.Sos, menegaskan bahwa santri memiliki peran strategis dalam membangun ekonomi berbasis syariah yang berkelanjutan. “Dayah/Pesantren di Aceh tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai pusat ekonomi yang mandiri dan berdaya saing,” ujar Balia.
Dalam sambutannya Balia mengatakan ada tantangan tersendiri dalam membangun HIPSI Kab/Kota ini terbukti udah beberapa mandat kami berikan ternyata agak susah mengembangkan HIPSI di Aceh, walaupun potensi Dayah di Aceh sangat siknifikan.
Kita berharap HIPSI Banda Aceh akan menjadi lokomotif penggerak nantinya, apalagi yang kita berikan mandat adalah sosok yang berpengaruh di Kota Banda Aceh yaitu Tgk Nasrul Zahidy, S.Sos (Ketua) dan Tgk Muhammad Syarif, SHI,M.H (Sekretaris). Kedua sosok ini diyakini mampu menghidupkan dan mengembangkan HIPSI Kota Banda Aceh di Pusat Ibu Kota nantinya.
Acara ini akan menghadirkan sejumlah narasumber terkemuka, antara lain; Ilmiza Sa’aduddin Djamal, MBA, Ketua Komisi VII DPRA, Prof. Dr. Apridar, M.Si, Akademisi FEB USK dan mantan Rektor UNIMAL Lhokseumawe.
Kedua Narasumber menyoroti pentingnya peran lembaga keuangan syariah dalam mendukung santri menjadi wirausahawan. Dukungan BSI serta Lembaga Keuangan lainnya di Aceh sangat diharapkan. Potensi Santri Dayah di Aceh yang sangat siknifikan tentunya menjadi peluang dalam menggerakkan kemandirian ekonomi Aceh.
Lebih lanjut Ilmiza menambahkab bahwa pesantren memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi berbasis komunitas. “Banyak alumni dayah yang telah sukses di dunia usaha. Ini membuktikan bahwa santri tidak hanya ahli dalam bidang keagamaan, tetapi juga bisa menjadi penggerak utama ekonomi daerah,” ungkap Ketua Komisi VII DPR Aceh ini.
Menurutnya, dayah atau pesantren di Aceh memiliki peluang besar dalam pengembangan ekonomi, dengan karakteristik ekonomi yang berbeda-beda di setiap pesantren. Berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag) Aceh tahun 2022, terdapat 1.626 dayah di Aceh. Jumlah tersebut merupakan potensi besar yang jika dikelola dengan baik dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian dayah dan masyarakat sekitar.
“Kemandirian ekonomi dayah sangat penting untuk mendukung pendidikan keagamaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi di Aceh. Sementara Prof. Dr. Apridar, M.Si, Akademisi FEB USK dan mantan Rektor UNIMAL Lhokseumawe mengatakan sejarah membuktikan Islam telah mengajari pondasi ekonomi Syariah, jadi sejatinya Santri Dayah mendukung kebijakan Eksistensi Perbankan Syariah di Aceh.