Ribuan Jamaah Berzikir Bersama Abuya H Amran Wali

Ucapan kalimat tauhid  Laa Ilaha Illallah yang dilantunkan ribuan masyarakat Aceh Singkil bersama Abuya Syekh H Amran Wali dan para ulama lainnya, membahana dan membumbung ke petala langit.

Komplek Pesantren Terpadu Syekh Abdurrauf al-Singkili, Suro, Aceh Singkil, tempat diselenggarakannya zikir dan tawajuh akbar, seolah-olah bergetar, larut bersama suara zikir.

Dari pantauan AceHTrend, di hari Kamis (21/9) yang mendung itu, ribuan jamaah laki-laki dan perempuan, remaja hingga orang tua dengan mengenakan pakaian serba putih, di bawah teratak dan teras pesantren, terlihat tertunduk khusyuk.

Meraka membaca kalimat Laa Ilaha Illallah. Laa Ilaha Illallah. Laa Ilaha Illallah…, hingga seribu kali banyaknya. Lalu jamah tadi bershalawat, dan berdoa.

Abuya Syekh H Amran Wali al-Khalidi Pimpinan Majelis Pengakajian Tauhid Tasawuf (MPTT) Asia Tenggara, dipercayakan memimpin zikir, shalawat, dan doa itu.

Sebelum berzikir, bershalawat, dan berdoa, acara memperingati 1 Muharram 1439 H itu, terlebih dahulu diawali sambutan Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid dan tausyiah agama yang disampaikan Abuya Syekh H Amran Wali al-Khalidi.

Abuya Syehk H Amran Wali Al-Khalidi dalam tausyiahnya menyampaikan bahwa zikir merupakan amalan kaum muslimin yang harus tetap dilakukan.

Zikir ini, kata abuya, berguna untuk menentramkan hati yang galau dan mendekatkan diri pada-Nya.

Sehingga kita nanti, menjadi hamba yang dicintai dan dirindukan Allah. Hidup kita dalam beramal, meninggal pun dalam beriman, dalam kedaan menyebut kalimat Laa Ilaha Illallah.

“Dalam Alquran Allah berfirman, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram dan tenang,” ucap ulama kharismatik dari Labuhan Haji ini.

Berzikir, bershalawat dan berdoa, tambah Abuya Syekh H Amran Wali, tergolong amalan-amalan hamba yang cinta pada Allah Swt.

Termasuk pula hamba Allah yang telah menguasai dan mendalami ilmu syariat, tarekat, dan hakekat.

Amalan syariat, tarekat, dan hakekat seperti ini, merupakan amalan yang selalu dikerjakan Syekh Abdurrauf al-Singkili yang notabene putra Aceh Singkil.

Syekh Abdurrauf  al-Singkili, papar abuya, di samping ulama yang tersohor di Nusantara karena kedalaman ilmunya. Juga sosok ulama yang menjadi Mufti Agung Malikul Adil di Kerajaan Aceh Darussalam.

Selama ia menjadi Mufti Agung, Kerajaan Aceh Darussalam menjadi kerajaan yang hebat dan kuat. Bahkan, termasuk lima kerajaan Islam terbesar di dunia.

Singkil ketika itu, kata abuya, menjadi daerah sangat terkenal. Namun, sekarang Singkil sudah banyak terlupakan. Karena warganya telah meninggalkan ajaran-ajaran Syekh Abdurrauf al-Singkili.

“Sebenar Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf (MPTT), wadah untuk meneruskan ilmu syariat, tarekat, hakekat, dan mahrifat yang diajarkan dan dikembangkan Syekh Abdurrauf.  Jadi,  alangka janggalnya jika warga Aceh Singkil enggan mempelajari dan mengamalkan ajaran tauhid tasawuf,” tutur putra Muhammad Wali al-Khalidi.

Sementara itu, Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid dalam sambutannya mengatakan bahwa yang terpenting dari zikir adalah membersihkan hati dan jiwa dari sifat-sifat tercela, seperti dendam, dengki, dan permusuhan.

“Mari kita melaksanakan ajaran Islam secara kafah sesuai dengan tuntunan al-Quran dan al-Hadis, petunjuk sahabat, para ulama, dan guru-guru kita,” ucap Dulmusrid.

Bupati menambahkan,  untuk membangun Aceh Singkil butuh kerjasama dan partisipasi semua pihak.

Tanpa adanya partisipasi dan kerjasama, termasuk nasihat ulama dan guru-guru, perubahan tidak dapat dilakukan dan tidak akan bisa terjadi.

Oleh sebab itu, Dulmusrid berharap agar setiap kegiatan keagamaan terus didukung dengan cara melaksanakannya secara rutin dan kualitas terus meningkat.

“Insya Allah, kegiatan keagamaan termasuk PHBI terus kita laksanakan dengan cara menggilir  ke setiap daerah di Aceh Singkil,” pungkas Dulmusrid.

Selain dihadiri bupati, wakil bupati, Sekdakab, Dandim 0109, Kapolres, Kejaksaan Negeri, para ulama, dan masyarakat Aceh Singkil.

Zikir (rateb siribe) dan tawajuh akbar yang dirangkai dengan peringatan 1 Muharram 1439 H juga dihadiri oleh ulama, warga, dan Sekda Kota Subulussalam.