Peran Santri Dayah Menyehatkan Ruang Digital

Oleh Mahdi Andela*

Keberadaan internet dan media sosial di zaman modern seperti sekarang membuat berbagai informasi semakin mudah didapat. Kehidupan manusia saat ini tak bisa lepas dari teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet. Manfaat internet bagi masyarakat dunia khususnya di Indonesia memang cukup banyak dan sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari.

Sejatinya, Media Sosial dimanfaatkan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan menyebarkan konten-konten positif. Namun sayangnya, tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk menyebarkan informasi yang mengandung konten negatif dan berita bohong.

Bahkan ada yang hanya menyebarkan saja status orang lain. Celakanya, tanpa melakukan verifikasi apakah informasi pada status yang dibagikan tersebut benar atau tidak. Banyaknya informasi yang berseliweran dari berbagai media membuat penyaringan apakah informasi yang beredar benar atau tidak menjadi agak sulit.

Tentu saja ini menjadi tugas besar semua pihak. Pemerintah juga terus menyosialisasikan ke masyarakat agar tidak mudah termakan oleh berita bohong (hoaks). Masyarakat juga hendaknya lebih arif dan cerdas dalam bermedia sosial. Tidak mudah menyebarkan konten media sosial yang belum tentu kebenarannya.

Kalangan santri dayah yang merupakan bagian dari anak muda memiliki peran besar dalam membuat dunia internet dan media sosial menjadi baik dan bermanfaat bagi negara dan bangsa. Bahkan, sehat tidaknya ruang digital juga ikut ditentukan oleh perilaku kelompok ini.

Mengutip pernyataan Staf Khusus Menteri Kominfo Bidang Digital dan SDM Dedy Permadi, internet bisa menjadi buruk atau penuh dengan hoaks atau pencurian data pribadi juga karena perilaku anak muda. Sehatnya ruang digital di Indonesia, katanya, 2/3-nya disumbang oleh anak muda. Dengan kata lain, anak-anak muda menentukan sehat tidaknya ruang digital kita.

Maka menurut saya, ini yang kemudian menempatkan santri dayah pada pemikul peran strategis untuk ikut menyehatkan ruang digital kita.  


Para santri dayah bersama anak muda lainnya bisa menjadi penentu kesehatan ruang digital sesuai konsep yang dijabarkan Professor Helen Marget dari Universitas Oxford yang mengatakan satu konsep yang namanya Micro Donation. Ruang digital ini sangat tergantung pada donasi-donasi mikro atau tiny act (aktiiftas-aktifitas kecil) yang kalau dikumpulkan dari 175,4 juta pengguna internet di Indonesia akan sangat menentukan kondisi dan kesehatan ruang digital kita.

Kalau tiny actnya jelek-jelek, buruk-buru, hoaks, perjudian, pencurian data, dsb maka kotorlah ruang digital kita. Sedangkan kalau tiny act-nya atau micro donationnya yang disumbangkan adalah yang positif tentu ruang digital kita akan lebih sehat.

Menurut Staf Khusus Dedy, di era digital ini yang bisa didonasikan untuk bangsa dan negara tidak harus sesuatu yang konvensional. Tetapi donasi kita bisa berupa Tiny Act, yang bisa berupa share, like, post, retweet, dsb, membuat konten, serta sharing materi di media sosial. Itu adalah tiny act yang kita lakukan dan itulah yang menentukan kondisi ruang digital kita.

Kalau kita melihat profile saat ini ada 175,4 juta  pengguna internet di Indonesia atau setara dengan 60% total populasi Indonesia. Sekitar 2/3 nya  adalah anak muda. Jadi boleh dibilang, anak muda adalah penguasa internet dan media sosial di Indonesia. Karena usia antara 13 sampai 18 tahun menguasai sekitar 16,6% dari total pengguna internet, sedangkan usia 19 sampai 34 tahun menguasai sekitar 49,5%.

Maka tanggung jawab untuk menjadikan profile atau potret media sosial dan internet menjadi baik atau buruk ada di anak muda. Sehat tidaknya ruang digital ikut ditentukan oleh anak muda, termasuk para santri dayah tentunya.

* Penulis adalah Sekretaris BPC Perhimpunan Humas (Perhumas) Indonesia Provinsi Aceh