Wali Kota Resmikan SMA Fajar Harapan Sebagai Sekolah Siaga Kependudukan

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman meresmikan SMA Negeri 10 Fajar Harapan Banda Aceh sebagai Sekolah Siaga Kependudukan  dan Pembentukan Pojok Kependudukan Tingkat kota Banda Aceh, Jumat (24/11/2017) di Komplek SMA Fajar Harapan Banda Aceh. 

Peluncuran ini disaksikan langsung oleh, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Aceh Sahidal Kastri, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS-PK) BKKBN pusat M Yani, Kepala Sekolah SMA Fajar Harapan Muhibbul Khibri, Ketua TP PKK Kota Banda Aceh Nurmiaty AR, serta ratusan siswa-siswi Fajar Harapan.

Aminullah Usman mengapresiasi BKKBN Aceh yang telah menggagas program ini. Dalam sambutannya, ia mengatakan kesadaran akan pengendalian kependudukan memang harus ditanam kepada anak-anak usia dini yang merupakan generasi selanjutnya. 

Tingkat kemiskinan dan pengangguran, lanjutnya, tidak terlepas dari faktor pengendalian penduduk yang kurang baik. Hal tersebut juga sangat berdampak terhadap kualitas pendidikan anak. Oleh karena itu program KB harus digalakkan kembali dan dilakukan sosialisasi.

“Angka pengangguran di Banda Aceh mencapat 12 persen, hal ini menjadi salah satu masalah besar bagi kota ini sebagai ibukota provinsi. Selain itu angka kemiskinan Banda Aceh juga masih menjadi masalah. Kedua hal tersebut tidak terlepas dari angka kependudukan yang kurang terkendali. Oleh karena itu kehadiran Sekolah Siaga Kependudukan ini dapat mengendalikan jumlah penduduk di kota ini yang nantinya akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat dan mutu pendidikan anak,” ujar Aminullah.

Dalam kesempatan ini Deputi KS-PK BKKBN pusat, M Yani MKes mengajak siswa-siswa SMA Fajar Harapan untuk menghindari pernikahan di usia dini. Ia mengatakan pernikahan ideal bagi perempuan adalah saat berumur 21 tahun dan bagi laki-laki adalah 25 tahun. Pernikahan di bawah usia tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan dan psikologi.

“Pernikahan dini banyak menyebabkan perceraian karena faktor psikologis belum siap. Selain itu angka kematian ibu juga sangat tinggi akibat pendarahan, karena dalam faktor biologis sistem reproduksi perempuan belum siap pada saat di bawah usia ideal tersebut,” imbuhnya.

Sekolah Siaga Kependudukan  merupakan salah satu program BKKBN untuk menyadarkan kepada generasi muda dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang isu dan masalah kependudukan yang kompleks. (Hfz)