Abu Hasan Krueng Kalee: Thalabah Tangguh Abad Ke-19

Abu Hasan Krueng Kalee adalah ulama tersohor pada abad ke-19. Jika dikaitkan dengan kisah perjuangan hingga kemerdekaan Republik Indonesia. Tak hanya itu, namanya juga sering disematkan dibalik sejarah pergolakan Aceh 40 tahun lalu.

Semasa hidupnya, ia adalah sosok ulama visioner. Sehingga namanya kerap dicatut di semua aspek kehidupan, khususnya dunia pendidikan.

Lahir di Pidie, tepatnya Gampong Meunasah Ketembu, Sanggeue pada 13 Rajab 1303 H. Almanak saat itu berada pada 18 April 1886 berdasarkan perhitungan Masehi. Ia adalah putra dari Tgk Muhammad Hanafiah, seorang ulama kharismatik pimpinan Dayah Krueng Kalee. Saat bumi Serambi Mekkah diamuk perang, orangtuanya hijrah ke Gampong Krueng Kalee, Aceh Besar.

Dari ayahnya lah, awal mula Abu Krueng Kalee bersentuhan ilmu pendidikan. Selain mewarisi ilmu dari ayahnya, Abu Krueng Kalee semasa hidupnya juga belajar ilmu agama pada Tgk Musannif di Dayah Tgk Chik di Keubok. Berdasarkan sumber, Tgk Musannif adalah guru dari ayahnya.

Usai perang Aceh reda, Abu Krueng Kalee mulai hijrah ke Malaysia. Di Negeri Jiran tersebut, ia menetap di daerah yang dihuni orang Aceh, yakni di Kedah, Malaysia. Selama disana, ia belajar di Dayah Tgk Chik Muhammad Irsyad Ie Leubeu. Tgk Chik Muhammad Irsyad Ie Leubeu adalah ulama Aceh yang turut hijrah ke Malaysia akibat situasi perang.

Setelah menetap beberapa lama di Yan, Keudah, Malaysian, Abu Krueng Kalee kemudian hijrah ke Arab Saudi. Disana, ia menimba ilmu di Masjidil Haram bersama adik kandungnya, Tgk Abdul Wahab.  Namun  tidak lama di Masjidil Haram, kabar duka menimpanya, adiknya berpulang ke haribaan ilahi karena sakit.

Musibah yang menimpa dirinya, tidak menyurut semangatnya untuk tetap bertahan menuntut ilmu di Mesjidil Haram. Karena ketabahan dan ketangguhan hatinya, ia mengenyam ilmu di Tanah Suci lebih kurang selama 7 tahun.

Selama di Mekah, beliau tidak hanya belajar ilmu agama. Disana Abu Krueng Kalee berjumpa dengan seorang pensiunan jenderal tentara kerajaan Turki Usmani yang menetap di Saudi Arabia. Ia adalah seorang ahli ilmu falaq. Kemudian dari sang jenderal itulah, dirinya mendalami ilmu falaq. Berkat tularan ilmu dari sang jenderal, Abu Hasan Krueng Kalee digelar dengan sebutan “Tgk. Muhammad Hasan Al-Asyie Al-Falaky.”

Usai menimba ilmu di tanah suci, Abu Krueng Kalee Kembali ke Aceh. Menurut sebuah sumber, sebelum ke Aceh, Abu Hasan sempat singgah di dayah gurunya di Kampung Yan, Keudah. Selama disana, ia sempat mengajar beberapa tahun di dayah gurunya, hingga ke kampung halamannya. [SM]