Oleh : Dr. Muhammad AR. M.Ed*
Sejak akhir tahun 2019 hingga bulan Maret 2020 hampir semua media cetak dan elektronik tidak ada jeda sedikitpun untuk mendiskusikan dan menghimbau akan bahayanya Covic 19 tersebut, siang dan malam, pagi dan petang seluruh dunia tertuju ke arah itu hingga penutupan Masjidil Haram buat sementara waktu. Begitu menakutkan akan penyakit corona itu.
Semua ini karena dibangun atas ketakutan dan rasa tidak ingin mati. Begitulah dahsyatnya penyakit Covic 19 itu bagi manusia millenium ini.
Celakanya manusia takut sama penyakit bukan kepada Allah yang seharusnya ditakuti. Demikianlah kadar iman manusia milenial ini dalam menghadapi kematian. Padahal kalau kita haqqul yaqin akan eksistensi Allah, Covic 19 itu kecil karena semuanya sangat tergantung ajal dan kejahatan yang kita lakukan. Kalau kita kerjanya hanya membunuh orang, ya pasti kita akan dibunuh pula, kalau kita kerjanya menipu orang awam yang tidak berdaya dan tidak punya kuasa, maka tunggulah Allah akan menipu kita, kalau kita siang dan malam kerjanya memadamkan cahaya Allah (agama Allah), maka tunggulah pasukan Allah akan memadamkan kekuasaan anda di bumi ini. Ini seharusnya yang perlu kita dakwahkan kepada para pemimpin dunia agar mereka sadar bahwa di atas mereka ada pemimpin Yang Maha Agung, Maha Adil dan Mha Bijaksana, serta Maha Perkasa.
Kalau kita sepakat bahwa pada zaman modern ini manusia nampaknya semakin angkuh dan sombong, maka Allah pun akan menguji keangkuhan dan kesombongan hamba tersebut dengan mengirim pasukannya untuk mengantisipasinya agar kesombongannya sirna. Kita jangan lupa, Allah telah mengirim tentara ababil kepada Abrahah yang berpasukan Gajah yang hendak menyerang Ka’bah, ternyata burung kecil ababil itu hanya memiliki satu peluru yaitu batu kecil dimulutnya yang hanya untuk seorang pasukan yang benar-benar dalam hatinya ingin menghancurkan Baitullah. Artinya satu peluru untuk satu pasukan Abrahah.
Peluru ababil itu tepat sasaran dan tidak pernah meleset bidikannya. Demikian pula Firaun yang amat pongah itu ternyata dihabisi oleh ombak Laut Merah bersama seluruh pasukannya, dan Allah hanya menyelamatkan satu saja jasad — Firaun— yang sekarang masih terkapar di Museum Tahrir- Cairo. Ini akibat kepongahannya pada zaman itu. Kemudian kita lihat lagi bagaimana kejamnya Raja Namrud dan angkuhnya hingga Allah kirim seekor nyamuk untuk menggerogoti otaknya sedikit demi sedikit hingga tewas mengenaskan, Belum cukup dengan peristiwa Firaun dan Namrud, muncul pula keangkuhan baru—Qarun.
Namun eksistensi Qarun-pun hanya seketika ditelan bumi bersama harta kekayaannya yang melimpah. Sesungguhnya ini pelajaran penting bagi orang yang beriman khususnya, dan bagi yang tidak bertuhan dengan Tuhan-Allah, silakan berbuat apa saja sesuai dengan kehendak anda, dan terakhir anda akan terkapar dan menggigit jari penyesalan. Wahai para pemimpin! Berhentilah menipu rakyat, berhentilah membunuh umat Islam, berhentilah bersandiwara dengan rakyatmu, berhentilah untuk berfoya-foya dengan kroni-kronimu!
Bentuk kesombongan baru di zaman milenial ini ternyata tidak kalah pamornya dengan Firaun masa lalu. Dalam Perayaan 70 tahun Partai Komunis Cina Berkuasa, dalam sebuah parade militer yang berjumlah 15 000 pasukan di Tiananmen Square, Presiden Xi Jinping berucap, “ There is no force that can shake the status of this great nation. No force can stop the Chinese people and the Chinese nation forging ahead,”. Demikianlah keberanian dan kepongahan presiden Cina dalam ucapannya seolah-olah Allah tidak ada sama sekali, belum lagi pembantaian, penyiksaan, pembunuhan umat Islam Uyghur saban hari serta pemadaman cahaya Allah di Uyghur. Namun apa yang mereka buat di Uygur, Allah balas setimpal adanya, dan terakhir Allah kirim tentaranya ke Wuhan dan sekarang merebak ke seluruh Daratan Cina atas undangannya yaitu Corona. Percaya atau tidak, itulah balasan Allah khususnya kepada Cina Komunis yang menafikan eksistensi Allah. Makanya kepada seluruh umat Islam yang beriman, seharusnya tidak perlu takut kepada virus corona itu, sebab itu adalah tentara Allah yang dinamakan corona oleh manusia zaman ini khusus mencari mangsanya di Daratan Cina.
Oleh karena itu bagi orang-orang diluar Daratan Cina dilarang pergi kesana karena mencari penyakit, dan sebaliknya bagi orang-orang yang sedang berada di Daratan Cina (Orang Cina asli dari sana), jangan keluar karena akan membawa penyakit tersebut ke tempat lain. Namun pemerintah Indonesia tidak pernah melarang pesawat Cina mendarat di Indonesia saban hari
yang mengangkut penyakit dari Cina. (Lihat harian Serambi Indonesia, Sabtu 7 Maret 2020, 8 orang TKA asal Cina Di PLTU Nagan telah dikarantina). Sementara Negara Singapura saja melarang pesawat Cina mendarat di Changi airport dan juga negara-negara lain di dunia. Dalam ajaran Islam, Rasulullah saw pernah mengatakan yang artinya: “Jangan pergi ke daerah yang sedang dilanda wabah penyakit, dan orang yang berada di daerah tersebut dilarang pula untuk keluar darinya.” Sebenarnya inilah yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap negeri yang berwabah penyakit. Bukan sebaliknya mengundang penyakit agar bangsa Indonesia semua terhinggapi corona.
Perlu diketahui bahwa corona itu Allah kirimkan ke Cina karena kesombongan dan kedhaliman mereka terhadap umat Islam Uyghur. Karena itu kita umat Islam hanya memperbanyak zikir dan salawat kepada Rasulullah saw agar penyakit tersebut tidak menimpa umat Islam dan negeri-negeri Islam yang rakyat dan pemerintahnya adil dan thaat kepada Allah. Karena itu corona bukan untuk membunuh manusia secara umum, tetapi itu pasukan khusus yang dikirim untuk pendurhaka. Kita harus yakini bahwa ajal manusia sudah ditentukan Allah, tidak dipercepat dan tidak diperlambat.
Karena itu jangan membunuh orang-orang yang beriman, sebab Allah akan murka kepada siapapun yang melakukannya. Tugas kita adalah mendakwahkan manusia agar berbuat baiklah kepada sesama manusia dan binatang sekalipun sehingga keamanan dan kesejahteraan akan datang dimana kita berdomisili. Coviv 19 hanya sumber ketakutan yang dibesar-besarkan sehingga manusia tidak lagi ingat akan kebesaran Allah, padahal umat Islam di Uyghur disiksa dan disembelih tiap hari, tetapi tidak tersentuh virus corona di sana, dan ini karena mereka hanya memohon pertolongan Allah sehingga Allah menerima doa-doa orang yang terdhalimi dan beginilah nasib dunia hari 3 ini.
Kenapa rasanya corona ini seakan-akan merebak ke seluruh dunia, karena semua orang di planet bumi ini tahu kedhaliman di Uyghur namun tidak satupun orang di dunia ini yang membela orang-orang terdhalimi di Uyghur. Mungkin Corona ini akan berpindah tempat yaitu ke India, sebab umat Hindu bersama pemerintahnya sekarang sedang membunuh dan menyiksa umat Islam di sana. Kita lapor saja kepada Allah agar umat Islam di India dan di seluruh dunia diberi pertolongan melalui tentara Allah lewat berbagai bentuk dan rupa. Karena tentara-tentara manusia tidak kuat dan tidak berani membela kebenaran atau membela orang-orang tertindas dan terdhalimi. Sebenarnya manusia ini sudah diberi kekuatan oleh Allah untuk membela kebenaran, tetapi mereka tidak mau ambil resiko.
Jika kita biarkan orang-orang terdhalimi mengadu kepada Allah, maka Allah mengirim pasukannya untuk mengatasi berbagai masalah dan jika Allah bertindak semua manusia apakah baik dan buruk sekalian dihabisin. Sebagai contoh di zaman moderen ini Tsunami Aceh, mengapa Allah perintahkan laut untuk bertindak, karena pembunuhan di Aceh pada waktu itu tidak ada seorangpun yang mau mencegahnya. Maka Allah kirim solusi hingga Aceh damai melalui perantaraan gempa dan gelombang laut sehingga Allah tidak memilih mana yang salah dan mana benar, semuanya yang berada di tempat-tempat tertentu menemui ajalnya. Inilah solusi Allah.
*Penulis adalah Dosen S3 Pendidikan Agama Islam (PAI), Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh.