Oleh : M. Sanusi Madli, Operator Sidara Al Athiyah
17 Agustus 2019, Indonesia telah berusia 74 Tahun, usia yang seharusnya sudah cukup matang dan merdeka, merdeka dalam arti yang sesungguhnya, namun kenyataan yang ada, Indonesia belum seutuhnya merdeka, secara jajahan militer, iya kita sudah merdeka, tapi jajahan kemiskinan, pengangguran, ekonomi kita belum seutuhnya mampu berdiri diatas kaki sendiri sebagaimana yang diharapkan oleh pendiri bangsa ini, Bung Karno.
Indonesia seharusnya di usianya yang ke- 74 ini sudah menjadi bangsa yang matang, bangsa yang kuat dan mampu berdiri di atas kaki sendiri, sehingga Indonesia kedepan sudah dapat fokus pada kontribusi perbaikan dunia, namun saat ini, jangankan kita berkontribusi untuk perbaikan dunia, persoalan dalam negeri saja masih sangat banyak dan semeraut, seolah-olah permasalahan ini adalah warisan yang terus diwariskan, seandainya para proklamator bangsa ini masih hidup, tentu mereka akan menangis melihat kondisi yang dialami masyarakat Indonesia.
Dimana letak persoalan nya? Apakah Indonesia mengalami kekurangan SDM? Kekurangan SDA? Tentu jawabannya tidak, indonesia memiliki Sumber Daya Manusia yang super, Sumber Daya Alam yang melimpah, serta luas nya yang cukup besar dengan jumlah penduduk yang fantastis, garis pantai dan pulau yang banyak, numun Indonesia masih terpuruk, dimana letak kesalahannya?
Diantara penyebabnya adalah sikap egosime yang masih hinggap di kepala para penguasa negeri ini, masing-masing individu ataupun kelompok menjalankan idenya sendiri serta enggan bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki tujuan yang sama, yakni membangun bangsa ini dari keterperukan.
Jika sikap egoisme ini tidak hilang, maka sampai kapanpun sinergisitas dalam membangun bangsa tidak akan terwujud.
Selanjutnya jika sinergisitas tidak terwujud, maka jangan harap Indonesia bisa bangkit maju, kita saling mencegal satu sama lain, seperti tingkah kepiting, musuhnya adalah bangsa sendiri dan ini pula yang paling dikhawatirkan oleh Bung Karno, bangsa Indonesia akan berperang sesama anak bangsa, saling menjegal serta saling menikam.
Selanjutnya Indonesia masih banyak dihuni oleh orang-orang yang tidak amanah, baik di pusat, provinsi, kabupaten, bahkan tingkat lurah sekalipun banyak yang tidak amanah, maka jika ini terus dipelihara, maka juga jangan berharap Indonesia akan maju, bahkan kita akan menata jalan menuju kehancuran, karena itu sikap amanah perlu digelorakan kembali serta dilakukan pengawasan secara terbuka oleh masyarakat melalui system, elemen sipil, media dan sarana lainnya, sehingga orang orang yang tidak amanah ini merasa terawasi dan terkontrol dengan baik, mudah mudahan berubah atau hilang ditelan massa, apalagi Indonesia dengan system demokrasi sangat memungkinkan masyarakat menghukum orang-orang yang tidak amanah ini dengan tidak lagi milih, sehingga iya tidak lagi menjadi apa apa atau penguasa.
Mudah mudahan masyarakat kita semakin cerdas dalam menilai dan memilih, sehingga lahir pemimpin pemimpin yang amanah, insya Allah.
Selanjutnya adalah kesatuan ide, ide menuju Indonesia maju bahkan menjadi kekuatan lima besar dunia harus terus dikembangkan dan digelorakan dikalangan masyarakat terutama kalangan anak muda, karena merekalah motor penggerak nantinya.
Apakah ini memungkinkan, jawabannya sangat memungkinkan, karena kita memiliki segalanya, ide atau visi ini akan menjadi muara seluruh bangsa Indonesia, baik rakyat, pengusaha, penguasa dan elemen lainnya, semua kita bergerak dengan cita cita dan semangat yang sama, yakni menuju kekuatan Indonesia lima besar dunia.
Jika sikap egoisme, sikap tidak amahan sudah hilang atau berkurang, masyarakat yang cerdas serta sistem yang terbuka, pengawasan yang ketat dari rakyat, serta adanya ide dan semangat yang sama, saling bersinergi antar anak bangsa, insya Allah Indonesia mampu bangkit menuju kekuatan lima besar dunia, semangat anak muda, tentu harus selalu optimis melihat dan menatap peluang masa depan.
Ibarat seorang yang kaya raya memiliki sepotong kain yang berkualitas tinggi, dia ingin menjahit jas yang mewah dan bergengsi dari kain tersebut, sementara dia tidak bisa menjahit, tidak bisa memotong, tentu kain yang bagus dan keinginan tersebut tidak akan terwujud, jika pun dipaksakan untuk dipotong dengan cara nya sendiri, tentu kain itu akan rusak, jikapun dipaksakan untuk dijahit dengan kemampuan seadanya, maka hasilnya tentu tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Karena itu dia harus bekerjasama dengan pihak lain, mulai dari para ahli design jas, ahli pemotong kain serta ahli menjahit, maka atas kerjasama para ahli, yang kesemua para ahli tersebut memiliki tujuan yang sama, yakni jas, maka jadilah sebuah jass yang bergengsi dan bernilai.
Demikian juga halnya Indonesia, jika dibangun dengan semangat dan sinergisitas antar elemen bangsa, dengan cita cita yang sama, insya Allah Indonesia akan maju jaya menjadi kekuatan lima besar dunia, insya Allah.