Oleh :M. Sanusi Madli, Pengurus Wilayah Dewan Dakwah Aceh, Operator SIDARA Dayah Al ‘Athiyah.
PUESAK HOEP adalah bahasa klasik yang sering kita dengar di kampung-kampung, di kalangan masyarakat pedesaan kata peusak hoep merupakan kata yang sudah terbiasa muncul, biasa digunakan oleh masyarakat saat mengomentari suatu berita atau keadaan.
Peusak Hoep dapat diartikan sebagai prilaku memaksa kehendak, baik memaksa kehendak nya kepada orang lain, maupun memaksa kehendak terhadap dirinya.
Setiap manusia tentu memiliki keinginan yang berbeda antara satu manusia dengan manusia yang lain, meskipun ada yang mirip mirip sama, namun secara keseluruhan pasti memiliki perbedaan, sejatinya tidak ada seorang pun didunia ini yang memiliki pemikiran yang sama dengan orang yang lain, selalu ada yang berbeda, bahkan orang kembar sekalipun selalu memiliki perbedaan pendapat dan bahkan sering terjadi pertengkaran dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul diantara mereka.
Peusak Hoep adalah perilaku seseorang yang dapat merusak dirinya serta orang lain, bahkan dapat menciptakan konflik baru di masyarakat akibat perilaku peusak hoep, di mana ada orang yang berprilaku demikian, maka di sana kehancuran itu ada, dimana ada orang peusak hoep, di sana pula keributan terjadi, ketenangan dan kedamaian sulit hadir di kalangan masyarakat yang memiliki perilaku peusak hoep.
Seseorang yang memiliki sikap peusak hoep, dia sangat bergembira bila ia berkuasa, dan tidak ada yang mampu menandinginya, setiap ucapan nya mesti selalu didengar, dan setiap arahan nya mesti selalu di ikuti, dengan segala upaya akan dilakukan, supaya kehendaknya, pemikirannya dan kepentingannya dapat diterima.
Ia tidak peduli orang lain suka atau tidak, namun sebaliknya bila ada yang membantah dan mengkritik nya apalagi menolak perintah atau pendapat nya, maka ia akan marah dan mencari cara untuk mencegah orang yang tidak sejalan dengan nya, bahkan dengan pembunuhan karakter, kekerasan, bahkan bila perlu yang berbeda dan tidak sejalan dengan nya harus disingkirkan.
Apabila perilaku peusak hoep itu melekat pada pemimpin sebuah organisasi, maka segala kehendak nya harus diikuti oleh semua anggota organisasi, tidak boleh dibantah, mesti harus diikuti meskipun arahan atau kehendaknya tidak dipahami oleh anggota nya.
Sang pemimpin tidak mau tahu, pokoknya harus begini dan harus begitu, ruang dialog akan ditutup rapat rapat, diskusi diskusi harus dibatasi, karena bila ruang dialog dibuka, diskusi dihidupkan, maka dikhawatirkan akan lahir ide baru, pemikiran baru, bahkan kehendak baru yang berbeda dengan nya.
Apabila sikap peusak hoep melekat pada seorang kepala kantor, maka dia akan mengatur anak buahnya sesuai seleranya, menjalankan program program sesuai dengan jalan pikiran nya, sesuai dengan kepentingan dirinya dan golongannya saja. Apabila dalam rapat atau musyawarah ada yang memiliki ide lain, maka dia akan menolak dan memaksa forum untuk menerima ide dan kehendaknya, meskipun kehendak itu belum tentu baik untuk semua, maka sikap ini akan mematikan ide-ide cemerlang bawahannya dan menghambat berkembangnya gagasan baru serta mematikan daya pikir bawahannya.
Bahkan, yang lebih fatal lagi, bawahannya akan cenderung berada di zona nyaman, karena tidak perlu bersusah payah memikirkan ide, cukup menjalankan saja sesuai kehendak sang kepala, bahkan bila ingin memiliki kesempatan untuk menaiki jenjang atau karir, cukup dukung dan puji sang kepala.
Apabila sikap peusak hoep hinggap di dosen, maka dia akan mengatur mahasiswa sesuai kehendaknya, membuat aturan sesuai seleranya tanpa menghiraukan keadaan mahasiswa, tanpa mempertimbangkan dampak buruk dari perintahnya. Saat menjadi pembimbing mahasiswa, dia selalu memaksa kehendaknya harus begini dan harus begitu, dengan bahasa pokoknya dan pokoknya.
Dalam kehidupan berumah tangga pun sikap peusak hoep bisa muncul, baik dari seorang suami maupun dari sang istri, konflik rumah tangga yang sering berujung pada penceraian banyak disebabkan oleh sikap peusak hoep, memaksa kehendak, baik itu dijalankan oleh suami maupun oleh sang istri, suami memaksa kehendaknya terhadap istri, demikian juga sang istri, memaksakan kehendaknya kepada sang suami, akhirnya terjadilah konflik yang tidak dapat dielakkan.
Sikap peusak hoep juga bisa terjadi pada orang tua terhadap anak nya, banyak kita saksikan di masyarakat, orang tua memaksa kehendaknya pada anak, orang tua model ini biasanya terlalu bangga dengan profesinya sehingga mereka menginginkan anaknya bisa mengikuti jejak mereka.
Padahal zaman telah berubah dan anak memiliki jalan hidup nya sendiri, memiliki impian dan cita citanya sendiri, namun orang tua tidak peduli, pokok nya anak harus jadi ini dan itu, harus begini dan harus begitu, dan orang tua merasa paling tau terhadap kondisi dan kemauan si anak, padahal setiap pemaksaan kehendak terhadap anak selalu ada keburukan yang datang, dan ini dapat mengancam dan berbahaya buat masa depan sianak.
Apabila perilaku peusak hoep hinggap pada politisi, maka sang politisi tidak segan segan melakukan pemaksaan agar rakyat memilihnya, baginya Kemenangan adalah segalanya, Kemenangan yang mendatangkan kebanggaan, maka tak perlu heran, segala cara akan dilakukan.
Di Aceh prilaku peusak hoep sudah sering kita lihat di masyarakat, kadang kita melihat sikap itu hinggap di perangkat desa, bahkan seorang imam bisa hinggap sikap peusak hoep, orang yang memiliki perilaku ini sangat sulit untuk diajak diskusi, musyawarah atau lain sebagainya, karena itu kehadiran orang- orang yang berperilaku peusak hoep akan menghambat kemajuan dan pembaharuan.
Bagaimana cara mengobati serta menghilangkan perilaku peusak hoep pada diri orang Aceh?
Semua kita harus saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan, dan jangan memaksakan apa yang kita inginkan kepada orang lain, hormatilah orang lain sebagaimana kita ingin dihormati dan dihargai oleh orang lain, memaksa kehendak diri tidak baik bagi kehidupan masyarakat, berpotensi lahirnya konflik dan mengganggu kenyaman bersama.
Jangan merasa senang dan bangga ketika pendapat atau kehendak kita diterima oleh orang lain dengan cara dipaksakan, karena sesungguhnya pendapat atau pemikiran yang benar akan diterima dengan sendirinya tanpa harus dipaksakan, dan ketika kita mampu menahan diri untuk tidak memaksakan kehendak atau pendapat akan menjadikan kita sebagai pemenang dan negarawan sejati, sementara ketika memaksa kehendak untuk diterima oleh orang lain, cenderung seperti sikap orang yang belum baligh.
Mari kita hidupkan diskusi dan musyawarah, sikap saling terbuka perlu dikembangkan dalam masyarakat, sehingga kita saling menghargai, menghormati, saling menasehati, dan hidup dalam keadaan tentram, damai dan penuh keharmonisan.