Oleh; Abid Firjatullah*
Sampai saat ini di negeri yang berdekatan dengan garis khatulistiwa, kemiskinan dan pengagguran masih menjadi masalah yang belum terselesaikan, ekonomi bangsa semakin melemah, kemiskinan semakin parah, kehidupan masyarakat semakin susah, daya beli semakin rendah, pembangunan semakin tak tentu arah, narkoba semakin pula mewabah, ditambah lagi oleh kenakalan remaja yang semakin parah. Bahkan akan dikhawatirkan nantinya derajat bangsa pun akan runtuh ke level yang paling rendah.
Menatap keadaan tersebut terungkap sudah betapa banyaknya masalah yang terjadi di era revolusi ini, mulai dari kemiskinan, pengangguran, penggunaaan narkoba, semakin merajalela. Siapa yang akan memperbaiki eksistensi bangsa ini? Tentu jawabannya ialah Dayah/Pesantren yang tercakup di dalamnya peran maksimal Ulama, Kiai dan Santri.
Bagaimana tidak santri dan pesantrenlah di masa yang menjadi salah satu pelopor kemerdekaan Indonesia. Pondok pesantrenlah yang mengobarkan semangat perjuangan untuk memajukan dan memerdekakan negara kesatuan ini. Dan tentunya santri ini perlu dibimbing, dididik dan dibina di dalam naungan yang mulia untuk menjadi sosok yang berakhlakul karimah seperti yang didambakan oleh Agama, Nusa dan Bangsa.
Keberadaan pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua dalam sejarah pendidikan di indonesia. Pesantren tumbuh dari ketulusan pembesar dan tokoh negara demi menegakkan dan menguatkan peradaban islam, melahirkan generasi Idealist Leader sekaligus bertakwa untuk menegakkan amar maruf nahi munkar serta mampu menjaga keutuhan dan ketahanan negara.
Bagaimana tidak pesantren mendidik santrinya untuk memahami nilai nilai pancajiwa dan mengamalkannya dalam kehidupan bernegara. Isi dari Panca Jiwa itu sendiri ialah:
- Keikhlasan
- Kesederhanaan
- Berdikari
- Ukhuwah Islamiyah
- Kebebasan
Bukan hanya panca jiwa yang menjadi pedoman dalam seluruh aktifitas santri. Namun santri juga diberikan tanggungan untuk mampu mengimplementasikan butir-butir Motto pesantren sehingga dengan nilai panca jiwa yang diselimuti motto pesantren, ditambah lagi dengan kemampuan santri dalam memahami dan mengimplementasikan nilai Al-Quran, Hadist, Kitab Tsurats (Kitab Kuning) dan kebahasaan menjadikan santri sebagai Gold Generation (Generasi Emas) yang dibutuhkan oleh nusa dan bangsa. Adapun untaian Motto Pesantren yang menjadi rahasia kesuksesan santri ialah :
- Beragama
- Berbudi Tinggi
- Berbadan Sehat
- Berpengetahuan Luas
- Berpikiran Bebas
Berpribadi Panca Jiwa yang dilapisi dengan motto pesantren mampu mengantarkan butir ketulusan bagi para pemimpin bangsa. Sebagai bukti Desa Lirboyo yang awalnya dikenal sebagai tempat angker dan rawan kejahatan, menggugah harapan dari hati Kyai Sholeh untuk menetapkan menantunya Kyai Abdul Karim di Lirboyo, sehingga beliau pun mendirikan Kabatul Qishshat di sana, dengan mendirikan pondok pesantren dengan bubuhan seuntai nama Hidayatul Mubtadiin Lirboyo.
Pondok Modern Darussalam Gontor lahir di lingkungan hutan yang dikenal sebagai tempat persembuyian para perampok, penyamun, pemabuk, penjahat dan sebagainya. Namun berkat ikhtiar yang mendalam dari Trimurti Gontor yakni KH. Ahmad Sahal, Kyai Zainuddin Fannanie dan KH. Imam Zarkasyi, untuk membina generasi Mundzirul Qaum, maka lahir dan tumbuhlah Pondok Pesantren besar yang kini menjadi salah satu pusat pendidikan islam terbesar di tanah air. Bahkan mampu mengantarkan santrinya menjadi tokoh penting bagi peradaban tanah air dan dunia
Begitu pula halnya Inshafuddin, lahir di dalam keadaan dan kondisi yang awalnya adalah tambak dan rawa-rawa bahkan sunyi, senyap dan sepi. Namun berkat kesungguhan yang tulus dari segenap tokoh pendirinya mampu menjadikan suasana yang tadinya bernuansa negatif, berbuah menjadi Mathlabul Ilmi untuk ummat di seluruh penjuru dan kini Mahad Inshafuddin Lit Tarbiyatil Islamiyah berdiri megah di tengah naungan Ibukota Provinsi.
Begitu besar peran pesantren bagi ketahanan bangsa dan abdinya untuk negri. Sebagai pusat pendidikan, pembinaan karakter sekaligus menjadi Center of Social Change yaitu agen perubahan di dalam masyarakat. Peran pesantren di Indonesia pun tidak berhenti menjadi lembaga pendidikan saja, bahkan figur kyai menjadi tokoh sentral yang selalu dimintai bantuan oleh kerajaan dan keraton selama masa penjajahan.
Pesantren pula yang seringkali menjadi basis masyarakat untuk menggelorakan perlawanan. Sehingga santri dan pesantren menjadi agen sentral perubahan sosial maupun politik dalam tatanan bangsa. Kini keberadaan pesantren menjadi vital action baik bagi tingkat Pendidikan Tsanawiy, Wushta, bahkan Pendidikan Aly.
Pesantren harus mampu menjadi lembaga pendidikan yang cerdas dan pintar sekaligus berkarakter dan mengaplikasikan kehidupan islami. Hal ini ditegaskan oleh Pimpinan PMDG, KH. Hasan Abdullah Sahal bahwa “Pesantren bukan hanya mengajarkan ilmu agama tapi pesantren mendidik, mendidik, mendidik, menjadi Mundzirul Qaum.”
Kini di Era Revolusi 4.0 pun teknologi telah merambah ke pesantren demi memudahkan proses pembelajaran sebagai antisipasi untuk menyikapi era cyber space masa depan. Pesantren tetap harus menjadi mode rule demi memajukan Bangsa dan Negara. Menjaga dan mengembangkan pesantren adalah tugas seluruh komponen dan aparatur negara.
Sebagaimana yang diharapkan oleh Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah mengungkapkan “Kita harus berikhtiar agar santri dayah menjadi ikon sekaligus pelopor generasi muda Aceh yang cerdas dan kuat untuk dapat terus berkontribusi dalam pembangunan Aceh ke depan.”
“Saya pribadi berharap dan besar harapan saya supaya terwujudnya kemajuan negeri ini melalui peran santri supaya bangsa tetap terus berdikari.”
* Penulis adalah Santri kelas 5 Dayah Terpadu Inshafuddin, ia juga merupakan ketua Bagian Bahasa Putra, Organisasi Pelajar Dayah Terpadu Inshafuddin (OPDTI).