Oleh Bung Syarif*
Kini gairah sufiistik semakin menggelora pada sebagian aktivis muda Aceh. Beberapa kolega telah merobah pola hidupnya. Ada jargon mencari nur ilahi, hidup bermakrifat, sufi muda, insan kamil dan sebagainya. Jargon-jargon itu sah-sah saja didendangkan oleh peminat sufi.
Yang pasti banyak komunitas sufi sudah bermunculan di Aceh. Apakah ada sufi bayangan atawa sufi beneran. Biarkan penilaiannya dimasing-masing pembaca yang budiman.
Disini saya mencoba menukilkan beberapa kalam sufi yang patut direnungi bagi insan “yang mengaku sufi”. Jika kamu menghadiri majelis (dzikir), lalu kembali melakukan pelanggaran atau kelalaian dan dosa, jangan kemudian kamu berujar ” Apa gunanya hadir?”, Namun, tetaplah hadir!!. Selama empat puluh tahun kamu mengidap penyakit (dosa) lalu kamu berfikir penyakitmu itu akan hilang dalam sekejap atau satu hari saja?
Orang yang melakukan maksiat lalu dia tenggelam dalam sesuatu yang haram, niscaya dia tidak akan bisa membersihkannya sekalipun menyelam tujuh lautan jika belum bertaubat kepada Allah (Syekh Ibnu Atha’illah As Sakandary)
Jadilah orang yang terbimbing dengan ajaran syekhmu, sebab ajaran itu dapat menyembuhkanmu secara langsung dan lebih efekif dari daripada membaca kitab
Kalam Hikmah Syeikh Abdul Qadir Al Jailani Rahimahullah.
“Cintailah Allah, beramallah demi-Nya, bukan demi yang lain selain Dia. Takutlah kepada-Nya, jangan kepada yang lain. Semuanya itu dengan hati, bukan dengan percakapan mulut. Itu semua ada dalam khalwat (batin), bukan dalam jalwat (lahiriah). Jika tauhid di ambang pintu rumah, ternyata syirik bersemayam di dalamnya, maka demikian itu adalah “nifaq” (hipokrit). Hindarilah taqwa di mulut, liar di hati, syukur di lisan dan ingkar di hati. Celaka jika ucapan mulut tidak sama dengan qalbumu (hatimu)”.
Kalam Hikmah Syaikh As-Sa’di Rahimahullah.
“Hati yang selamat itu adalah hati yang selamat dari syirik dan keragu-raguan serta terbebas dari kecintaan kepada keburukan dan terbebas dari berkubang dalam bid’ah dan dosa/kemaksiatan. Karena ia bersih dari hal-hal tersebut, maka akibatnya ia menjadi hati yang diwarnai dengan lawan-lawannya iaitu; keikhlasan, ilmu, keyakinan, cinta kepada kebaikan serta nampak indah kebaikan itu di dalam hatinya. Sehingga keinginan dan rasa cintanya senantiasa mengikuti kecintaan Allah, dan hawa nafsunya tunduk mengikuti apa yang datang dari Allah.”
Kalam Hikmah Syaikh Al-Fudhail Bin ‘Iyadh Rahimahullah.
“Wahai orang yang malang, engkau berbuat buruk sementara engkau memandang dirimu sebagai orang yang berbuat kebaikan. Engkau adalah orang yang bodoh sementara engkau justru menilai dirimu sebagai orang berilmu. Engkau bakhil sementara itu engkau mengira dirimu orang yang pemurah. Engkau dungu sementara itu engkau melihat dirimu cerdas. Ajalmu sangatlah pendek, sedangkan angan-anganmu sangatlah panjang.”
Kalam Hikmah Saidina Ali Karramallahu Wajhah.
”Tidak ada kebaikan di dunia ini kecuali bagi dua golongan manusia iaitu:
Pertama, seseorang yang berbuat dosa, lalu dia cepat-cepat meluruskan perbuatannya dengan bertaubat.
Kedua, seseorang yang bersegera dalam amal kebajikan.Tidaklah dipandang sedikit”.
Kalam Hikmah Syaikh Abdullah Bin Alwi Al Haddad Rahimahullah.
“Kebanyakan orang jika ditimpa musibah penyakit atau lainnya, mereka tabah dan sabar, mereka sadar bahwa itu adalah qadha dan qadar Allah SWT. Tetapi jika diganggu orang, mereka sangat marah. Mereka lupa bahwa gangguan-gangguan itu sebenarnya juga qadha dan qadar Allah SWT, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah SWT hendak menguji dan menyucikan jiwa mereka”.
Kalam Hikmah Imam Ahmad Bin Hanbal Rahimahullah.
1. Dunia kampung amal, dan akhirat kampung balasan, barang siapa tidak beramal di sini, akan menyesal di sana.
2. Jika kita mencari harta,ia tidak akan mendatangi kita,ia hanya akan mendatangi kita jika kita meninggalkannya.
3. Jika orang alim diam karena takut dan orang bodoh tidak mahu Mencari tahu,Sampai Kapan kebenaran akan nampak.
Semoga Bermanfaat.
*Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh, Ketua Komite Dayah Terpadu Inshafuddin