Oleh Tu Sudan*
Rabbaniyun –orang berilmu dan mengajarkan ilmu, lebih baik ketimbang sekadar menjadi ramadhaniyun –orang yang bertambah sempurna ibadahnya tatkala Ramadan.
Menjadi rabbaniyun jauh lebih baik, karena orang berilmu dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain, memiliki keutamaan di sisi Allah. Rabbaniyun bukan sekadar memiliki ilmu dan mengajarkannya, tetapi juga mengamalkannya dengan sungguh-sungguh baik selama Ramadan maupun setelahnya.
Di atas muka bumi ini, ada manusia yang fokus ibadah di Bulan Ramadan. Mereka tekun melaksanakan puasa, salat wajib, salat sunnah, membaca Quran secara rutin, gemar bersedekah, mengerjakan qiyamullail, dan berbagai ibadah lainnya. Intinya sepanjang Ramadan, mencoba sekuat tenaga menjadi hamba Ilahi yang penuh pertobatan.
Tetapi, setelah Ramadan pamit dan 1 Syawal datang, perilakunya kembali ke “setelan pabrik”. Iblis yang dirantas selama Ramadan, secepat kilat menguasai relung-relung jiwa yang religius sepanjang Ramadan.
Melaksanakan amal salih merupakan perintah Ilahi. Apalagi di Bulan Ramadan. Setiap kebaikan diganjarkan dengan pahala yang berlipat-lipat. Banyak orang berlomba-lomba menjadi golongan ramadhaniyun. Tekun beribadah, dari ibadah wajib hingga sunnah. Tapi begitu Ramadan pamit pulang kampung, kebiasaan tidak baik kembali datang.
Menjadi ramadhaniyun merupakan hal yang baik. Tapi, manusia kerap lupa bahwa kebaikan dan segala hal yang suci tidak sekadar dilakukan di bulan Puasa. Sepanjang tahun selama 365 hari, semua manusia wajib melakukan perbuatan baik. Bila manusia melakukan kejahatan, maka Tuhan menggarjarnya dengan dosa.
Di sinilah diharapkan bahwa semua manusia—yang muslim—menjadi hamba pilihan. Kebaikan dan ketaatannya tidak sekadar dilakukan di bulan Ramadan. Inilah harapan mengapa lebih baik menjadi rabbaniyun ketimbang sekadar ramadhaniyun.
Finish ibadah bukan pada 1 Syawal. Aurat perlu dijaga sepanjang hayat. Menjaga kesucian harta perlu dilakukan sepanjang hidup. Salat lima waktu wajib selama hayat dikandung badan.Bersedekah tetap dianjurkan sepanjang zaman.
Allah telah mengingatkannya dalam surah Al-Hijr.
“Dan beribadahlah kepada Rabb mu sampai datangnya kematian”. (Qs. Al-Hijr: 99)
Maka beribadahlah terus hingga datang kematianmu, bukan ketika Ramadan telah berlalu.
Jadilah Rabbaniyun; adalah orang yang semangat beribadah pada bulan Ramadan, dan ia tetap terus semangat beribadah meskipun Ramadan telah berakhir.
Dikatakan kepada sebagian ulama salaf yang bernama Basyr Al-Hafi :
قيل لبشر الحافي أن قومًا يتعبدون في رمضان ويجتهدون في الأعمال، فإذا انسلخ تركوا. قال: “بئس القوم قوم لا يعرفون الله إلا في رمضان.”
“Ada sebagian kaum, mereka beribadah dan bersungguh-sungguh melakukan amalan ibadah di bulan Ramadhan. Akan tetapi ketika Ramadan berakhir, mereka pun meninggalkan amalan ibadah tersebut.”
Lantas beliau berkata,”Sejelek-jelek kaum adalah mereka yang hanya mengenal Allah Ta’ala di bulan Ramadan.” (Miftahul Afkar li ta`ahhub li-daril qarar 2/23)
Bahkan siapa saja yg berpuasa di bulan Ramadan kemudian setelah Ramadan selesai ia berniat maksiat kepada Allah dikhawatirkan puasanya tertolak.
Ka’ab bin Malik radhiyallahu’anhu berkata,
من صام رمضان و هو يحدث نفسه أنه إذا خرج رمضان عصى ربه، فصيامه عليه مردود
“Siapa saja yang berpuasa Ramadan dan ia berniat selepas Ramadan untuk kembali berbuat maksiat kepada Rabbnya, maka puasanya (dikhawatirkan) tidak diterima.” (Lathaiful Ma’arif hal. 378)
Karena itu hendaknya kita tetap berusaha istiqamah di atas amal salih yg telah susah payah kita bangun di Bulan Ramadan, karena tanda diterimanya kebaikan adalah kebaikan selanjutnya (istiqamah setelah Ramadan). Mari menjadi rabbaniyun.
*Penulis adalah anggota komisioner Baitul Mal Kota Banda Aceh