Oleh Bung Syarif*
Kali ini kami mencoba menarasikan sosok Abu Nashiruddin Daud. Beliau adalah pimpinan pertama Dayah Terpadu Inshafuddin (DTI) periode 1998-2001. Photo beliau terpasang di kantor DTI. Lahir di Padang Keuneuleh, Manggeng, Aceh Selatan, 31 Desember 1942. Masa-masa kecilnya dilalui di Aceh Selatan diawali Sekolah Rakyat, Manggeng 1958 kemudian mondok di Dayah Darussalam Al Waliyah, Labuhan Haji.(1961-1969)
Semasa hidupnya beliau seorang ulama dan tokoh politik pemberani. Salah seorang pendiri PB Dayah Inshafuddin ini bersama Abu Daud Zamzami mengabdikan diri sebagai politisi dengan kedaraan politiknya Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Beliau juga sebagai Imam Masjid Baitul `Alam, Kuta Alam Banda Aceh. Banyak Jabatan strategis ia pegang sebut saja Pengurus Perti Aceh, 1970-1972, Imam Masjid Baitul `Alam (1974-2000), Ketua Perti Kodya Banda Aceh (1981-1991), Anggota DPRD Banda Aceh (1982-1987), Wakil Ketua DPC PPP Banda Aceh (1985-1990), Wakil Ketua DPD Perti Aceh (1988-1993), Wakil Sekretaris DPW PPP Aceh (1990-1995), Wakil Ketua Inshafuddin (1995-1998), Wakil Ketua PPP Aceh (199-2004) serta Anggota DPR RI/MPR RI (1999 hingga ajal menjemput).
Beliau adalah sosok Ulama dan Politisi Nasional yang sangat sederhana dan bersahaja. Mungkin juga satu-satunya politisi tingkat nasional termiskin di Indonesia, jangankan mobil mewah, rumah yang beliau tempati tergolong sangat sederhana. Padahal bukan kali ini saja beliau menjabat sebagai anggota dewan, di era 80-an beliau juga pernah menduduki jabatan anggota DPRD Kota Banda Aceh. belum lagi jabatan beliau di organisasi maupun koperasi yang mungkin bisa saja meraup keuntungan yang banyak, di masanya
Beliau sangat vokal dalam membela rakyat Aceh karena baginya apa yang beliau peroleh adalah amanah. Mungkin sebab itulah sebagian banyak tidak suka dengan kevokalannya sehingga beliau disingkirkan dari sistem. Beliau meninggal tragis. Ditembak oleh petrus (istilah penembak misterius dimasa konplik Antara RI-GAM). 31 Januari 2000 beliau dibunuh di Sibolangit Sumatera Utara. Dimasa konplik beberapa tokoh berpengaruh di Aceh di bunuh oleh orang tak dikenal sebut saja; Prof Dr. Safwan Idris, MA (Pendri DTI/Rektor UIN Ar-Raniry) juga ditembak di Rumah Dinasnya, 16 September 2000, Prof Dayah Daud, MA ditembak bersama sopirnya saat pulang kerumah, kawasan Lampineung Banda Aceh (6 September 2001), Mayjen TNI H. Teuku Djohan, Mantan Wakil Gubernur Aceh ditembak oleh petrus ketika kembali dari Shalat Magrib di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Kamis 10 Mai 2001. Beliau berjalan kaki sendiri pulang dari Masjid Raya pasca Shalat Magrib. Berdasarkan informasi beliau pingin menyampaikan sesuatu kabar eklusif pada wartawan senior.
27 Tahun beliau sebagai Imam Masjid Kuta Alam, namun tak satupun masyarakat yang mengeluh tentang sikap beliau. Tahun 2000 adalah Ramadhan terakhir beliau, berdiri sebagai imam dengan bacaan ayat terbata-bata meneteskan air mata hingga membuat makmum ikut terhanyut dengann bacaan ayat beliau. Mungkin ini pertanda, tapi siapa yang bisa membaca tanda-tanda tersebut..
Abu Nashirruddin Daud semasa hidupnya meninggalkan legecy positif bagi generasi muda Aceh. Ia sosok politisi yang hidup sederhana. Berjuang menyuarakan aspirasi Rakyat Aceh dilevel nasional. Beliau meninggalkan generasi putra-putri yang cerdas diantaranya Abdul Rauf, Qushairi, Nuriati, Husna, Yusra, Syahrati, Muhammad Fadhil serta Nurbaiti. Krue semangat (31 Januari 2000-31 Januari 2023) genap 23 Tahun meningalnya Ulama dan Anggota DPR-RI Asal Aceh, semoga amal dan jasanya mendapat tempat yang layak disisi Allah, Amin Ya Rabbal `alamin.
*Penulis adalah Ketua Komite DTI, Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh, Mantan Aktivis`98, Alumni Lemhannas Pemuda Angkatan I, Fungsionaris KAHMI Aceh, Mantan Sekjen DPP ISKADA Aceh, Mantan Ketua Umum Remaja Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Dosen FSH UIN Ar-Raniry