Peneliti Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh Mukhlisuddin Ilyas mengatakan, dayah di Aceh harus steril dari pengaruh paham radikalisme. Dan jangan sampai disusupi gerakan-gerakan dengan paham seperti itu.
"Secara teori, saat ini dayah di Aceh terbagi dua, yakni dayah gerakan dan dayah pendidikan," kata Mukhlisuddin saat tampil sebagai pembicara dalam "Dialog Kewaspadaan Nasional" yang digelar Kesbangpol Aceh dan Aceh Barat, di Aula Setdakab Aceh Barat, Meulaboh, Rabu, 27 September 2017.
Untuk dayah gerakan katanya, sudah habis dan tidak ada lagi penerusnya seperti dayah yang dimotori Chik Ditiro, Cot Kala dan sejenisnya. Sementara dayah pendidikan seperti yang dimotori Abuya Muda Waly di Labuhan Haji, Aceh Selatan masih eksis hingga sekarang.
"Saat ini semua dayah murni dayah pendidikan aliran Abuya Muda Waly, bukan dayah gerakan, jadi mustahil dayah itu menjadi sarang para radikalis," jelas Mukhlisuddin.
Untuk itu katanya, jika ada orang-orang di Aceh yang terindikasi radikal dan mengaku alumni dayah atau pesantren, perlu dicari tahu orang itu mengaji dan sekolah di mana. Sehingga jangan langsung dialamatkan ke dayah.
"Dayah harus diperkuat, supaya bersih dari sentuhan radikalis yang berdampak kepada kemarahan orang Aceh," ujarnya.