Kisah Maulid Nabi, Catatan Dari Pojok Gampong Lam Ara

Oleh: Syarif Meukek*

Banda Aceh selalu menarik untuk dinarasikan. Mulai dari soal kuliner, budaya, sosial, pendidikan, politik, Birokrasi hingga culture Maulid Nabi. Tradisi Maulid Nabi di Banda Aceh berlangsung selama tiga bulan berturut-turut ada juga riwayat lain mengatakan dua bulan. Yang pasti budaya Maulid Nabi itu tetap di laksanakan walaupun dimasa pandemi corona. Warga Kutaraja punya keyakinan memuliakan kelahiran Nabi membawa berkah. Kalau bicara kenduri Maulid, Habeuh beu habeh hansep tuleh, hehe. Begitulah kira-kira.

Minggu, 6 Desember 2020 kami mendapat intruksi pimpinan mememuhi undangan Maulid  Nabi di Masjid Gampong Lam Ara, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh. Rombongan Walikota Banda Aceh yang dimotori Bapak Asisten I, Faisal, S.STP dengan setia menjalankan intruksi Walikota Banda Aceh. Ada tradisi Bang Carlos, sapaan akrab Walikota Banda Aceh, setiap undangan Maulid wajib diikuti dengan melibatkan pejabat teknis. Punggawa Disdik Dayah Banda Aceh selalu setia memenuhi undangan Maulid Nabi. Pesan guru: “muliakan yang dibumi, yang dilangit akan memuliakanmu”. Penuhi setiap undangan jika kamu sempat, walau sekejab saja, agar orang yang mengundang merasa senang. Kalau bulan Maulid, para punggawa Disdik Dayah pasti berat badan bertambah, ungkap si Bujang.

Lantas, apa urgensinya Maulid Nabi, bagaimana sejarahnya, kenapa mesti diperingati. Tentu saya mencoba menguraikannya, soal ada yang menolak katanya bid`ah, aye tidak ambil punsing. Karna sejak aye muda- di kampung halaman, kalau tiba Maulid Nabi biasanya super meriah. Bahkan berebut nasi bungkus. Hehe, ini kisah masa-masa kecil dulu.

Sahabat pencinta Rasulullah SAW, Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal. Tanggal tersebut pun ditetapkan sebagai hari Maulid Nabi. Rasulullah sendiri lahir di kota Mekkah saat tahun Gajah dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Namun, sang ayah meninggal dunia sebelum Nabi Muhammad lahir dan ibunya menghembuskan napas terakhir saat Nabi berusia 6 tahun.

dalam sejarah Islam perayaan Maulid Nabi sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Ada tiga teori asal usul perayaan tersebut.

Pertama, Perayaan Maulid diadakan oleh kalangan Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir yang berhaluan Syiah Ismailiyah (Rafidhah). Mereka berkuasa di Mesir pada tahun 362-567 hijriyah. Perayaan dilakukan sebagai salah satu perayaan saja. Selain itu, mereka juga mengadakan perayaan hari Asyura, perayaan Maulid Ali, Maulid Hasan, Maulid Husain, Maulid Fatimah, dan lainnya.

Teori kedua, Maulid Nabi berasal dari kalangan ahlus sunnah oleh Gubernur Irbil di wilayah Irak, Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri. Dikisahkan, saat perayaan Maulid Nabi dilakukan Muzhaffar mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan seluruh rakyatnya. Ia juga memberikan hidangan, hadiah, hingga sedekah kepada fakir-miskin.

Teori yang terakhir, perayaan Maulid Nabi diadakan pertama kali oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi atau Muhammad Al Fatih. Tujuannya untuk meningkatkan semangat jihad kaum Muslimin, dalam rangka menghadapi Perang salib melawan kaum Salibis dari Eropa dan merebut Yarusalem.

Sementara itu, di Indonesia sendiri sejarah Maulid Nabi Muhammad berkembang di tangan Wali Songo atau sekitar tahun 1404 masehi. Perayaan tersebut dilakukan demi menarik hati masyarakat memeluk agama Islam.

Maka dari itu, Maulid Nabi juga dikenal dengan nama perayaan Syahadatin. Selain itu, perayaan ini juga dikenal dengan Gerebeg Mulud karena cara masyarakat merayakan Maulid Nabi dengan menggelar upacara nasi gunungan.

Makna Maulid Nabi

Berdasarkan buku '37 Masalah Populer: Untuk Ukhuwah Islamiyah' karya H Abdul Bomad, yang bisa dipetik dalam perayaan Maulid Nabi adalah mengingatkan manusia tentang risalah dan sirah dari Rasulullah SAW. Dengan begitu, umat Islam akan memahami bahwa satu-satunya tauladan adalah Rasulullah SAW.

 

Dalil Maulid Nabi

Berdasarkan Quran surat Al A'raf ayat 157, Allah SWT berfirman mengenai keutamaan memuliakan dan mencintai Nabi Muhammad SAW sebagai berikut

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang beruntung.

Selain itu, dikutip dari buku 'Maulid dan Ziarah ke Makam Nabi' karya Syekh Muhammad Hisyam Kabbani berdasarkan hadist riwayat Muslim, dari Abu Qatadah ia berkata bahwa Nabi Muhammad SAW pernah ditanya mengenai puasa di hari Senin. Lalu, beliau bersabda, "Itu adalah hari di mana aku dilahirkan."

Dalil tersebut menjadi salah satu acuan bahwa pentingnya memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan bentuk peribadatan.

Tambahan Penulis

Maulid Nabi juga berefek ganda, Silaturrahmi antar sesama dan pemberdayaan ekonomi. Coba diaktifkan imajinasi ekonominya: hidangan Maulid ada Ayam, telur, udang, ikan, telur ayam, telur asin, kerupuk dan menu lainnya. Itu artinya ada transaksi muamalah disana. Bayangkan saja jika rata-rata setiap orang butuh 2 Ayam, 5 terlur, 2 Kg kerupuk dan setengah kilogram daging maka berapa rupiah terjadi perputaran ekonomi disana. Itu artinya Ayam, Telur dan daging laris manis dimusim Maulid. Peternak Ayam dan Itik ceria karna hasil peternakannya laris manis. Jadi mari kita sikapi Maulid Nabi dengan berlapang dada. Wong yang suka Maulid monggo, yang tidak suka Maulid ya sudah. Yang jangan gara-gara tak Maulid sampeyan membid`ahkan orang lain. Mari berlapang dada dan selalu ceria. Aye suka Maulid itu saja kok repot.

*Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh, Gemar menghadiri Maulid dan penikmat Bandrex Dek Chek