Abuya Sebagai “ The Riil Intelektual” Dalam Tashawuf Di Era Modern

Oleh  Tgk Hasvi Harizi (Santri Dayah Raudhatul Hikmah Al-Waliyah)

Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidy adalah seorang ulama yang mendirikan  MPTT-I (Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf indonesia). Kehadirannya di tengah zaman ini, membawa angin segar dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya bidang tasawuf. Ilmu  yang telah disampaikan serta gerak gerik langkah perbuatan beliau, membuat masyarakat terkagum-kagum, sehingga masyarakat tak segan memberikan gelar Mursyid Kamil Mukammil, dan juga menyebutnya Mujaddid wal Muhaqqiq dalam tasawuf setelah ayahnya Syeik Abuya Muda Waly Alkhalidy.

Mengingat hal tersebut adalah hal yang wajar, jika kita menilik terhadap pencapaian-pencapaiannya, beliau mampu mengharmoniskan sekaligus menggabungkan antara syariat dan hakikat yang jarang ditemui pada ulama lain. Yang dulunya ajaran Hakikat hanya menjadi pembicaraan bagi para salik buta, dan Syariat hanya menjadi bahan kajian di Pesantren, tetapi dengan kehadiran serta kemampuan pemahamannya, beliau menyandingkan ajaran Hakikat dan Syariat bersamaan, sehingga kedua ajaran tersebut mulai dipahami dengan baik dan benar.

Reputasi dan pengaruhnya tidak di ragukan lagi, beliau memang benar-benar sufi yang memahami keadaan zaman, mampu menyesuaikan diri dengan elemen masyarakat dan para akademisi di hari ini, ajarannya bukan hanya diminati oleh masyarakat maupun pesantren tapi juga jadi bahan kajian menarik bagi para akademisi,sehingga banyak mahasiswa mulai meneliti dan memahami isi kajian beliau lalu memuatnya menjadi skripsi atau tesis. Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidy layaknya seorang sufi yang terdapat dalam tulisan makalah Syekh Junaidi Al-Baghdadi:

الصوفي ابن الوقت هو كالماء لا لونها لونه لون الاناء .وقال ايضا الصوفي كالارض يطرح عليها كل قبيح ولايخرج منها الا كل مليح ،الصوفي يطئوها البر والفاجر والسحاب تظل كل شيء و كالمطر يسقي كل شيء

artinya:

Sufi itu orang yang paham dengan zaman. Ia bagaikan air yang tidak ada warna tertentu baginya. Warnanya adalah warna wadahnya.beliau menyampaikan juga bahwa sufi itu bagaikan bumi bila dilempari keburukan maka ia selalu membalasnya dengan kebaikan,dan sufi itu bagaikan bumi dimana diatasnya berjalan segala sesuatu yang baik maupun yang buruk ( semua diterimanya),sufi juga bagaikan langit atau mendung yang menaungi semua yang ada dibawahnya,dan seperti air hujan yang menyirami segala sesuatu tanpa memilah dan memilih ( yang baik maupun yang buruk semua diayominya). Lihat kitab nasyatu at-thasawuf wa tashrifu as shufi hal 22)

Dengan kegigihan Abuya, Aceh khususnya daerah Pango Raya mulai merasakan manfaat dari ajaran Tauhid Tasawuf yang dibawanya. Sehingga disetiap penyelenggaraan acara, baik acara pesta pernikahan dan kematian diadakan zikir yang menampakkan  kemakmuran dan kesejahteraan gampong, juga telah menjadikan gampong lebih hidup, dan merangsang kembali pikiran penuntut ilmu untuk lebih giat mendalami isi kitab sekaligus mengamalkannya.

Dalam bidang karya, Abuya juga menghadirkan sederet kitab/buku yang menarik, diantaranya yang baru-baru ini sudah di luncurkan adalah bukunya  yang berisi tentang pelajaran-pelajran tauhid tasawuf yang di berjudul “risalah tauhid tasawuf “. Buku tersebut mendapat sambutan baik dari KH Zein Dzarnuji (ulama tasawuf dari bogor) yang berpendapat bahwa buku tersebut sebagai pedoman bagi pejalan menuju allah. untaian kalam hikmah mengalir dari sumbernya yang dibingkai dengan ayat-ayat alquran dan hadist sebagai penguat argumentasinya.

Begitu juga dengan Komisi pengkajian dan peneliti MUI pusat, Dr.KH.Ali. M.Abdillah MA menjelaskan bahwa karangan Abuya Syeik H Amran Waly Alkhalidi dengan judul Tauhid Tasawuf dengan menekankan pada kombinasi beberapa corak tasawuf dengan menekankan kepada pendekatan tauhid sebagai berlabuhnya.

 Abuya Syeikh H Amran Waly alkhaldi juga pernah mengeluarkan karya lain yaitu terjemahan Kitab Manazilul Saairin Lil Imam Abu Ismail Al Harawi, salah satu kitab penting dalam ajaran tasawuf namun sangat sukar untuk dipahami, namun Abuya menerjemahkan kitab tersebut secara utuh dan memuatnya dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga kitab tersebut sudah mulai dibaca dibeberapa pengajian di Masjid-masjid

Di aceh , tepatnya dimasa iskandar muda ajaran tasawuf pernah mencapai puncak kemajuan, lalu hari ke hari ditambah dengan beberapa tragedi, Ajaran Tashawuf mulai terasa asing di pendengaran masyarakat bahkan  orang yang mendalaminya dianggap sebagai orang yang ketinggalan zaman. Beliau seakan-akan mendobrak pandangan-pandangan keliru yang di kaitkan dengan Tashawuf.

 Melalui Tauhid Tasawuf  Abuya Syeikh H Amran Waly alkhaldi memandang ajaran tersebut untuk memperbaiki budi dan membersihkan jiwa serta mendekatkan diri kepada Allah SWT, ditandai dengan beberapa kalam hikmah beliau:

“ tahan disakiti dan tahan untuk tidak menyakiti,

Dalam hidup tidak ada lawan yang ada hanya kawan,

dalam diri kita ada hak orang lain tapi pada orang lain tidak ada hak kita,

memaafkan kesalahan orang lain walau baru saja di dhalimi”

Sekian dan demikian, Semoga menjadi pencerahan tentang ilmu kesufian dan ajaran Tauhid Tashawuf yang diajarkan oleh Abuya Syeikh H Amran Waly Alkhalidi.